Politik Global

Perdamaian Terganjal Penolakan Sahrawi

KOMENTAR
post image

Ribut-ribut antara Maroko dan kelompok Polisario yang memperebutkan wilayah Sahara Barat nyaris berakhir jikalau masyarakat Sahrawi tak menolak hasil kesepakatan pertemuan Manhasset.

Dalam perundingan yang digelar Juli dan Agustus 2007 di Manhasset, New York itu mempertemukan Front Polisario, Maroko serta negara tetangga Mauritania dan Aljazair bersama dengan wakil Sekjen PBB Ban Ki Moon, Peter van Walsum.

Akan tetapi diskusi itu berjalan alot. Dan seperti yang ditulis dalam rilis pers yang diterima myRMnews, Senin (1/10) pagi tadi, Maroko hanya menawarkan otonomi serta menolak kemerdekaan penuh.

Belajar dari Indonesia, Maroko ingin konflik dengan gerakan separatis ini berakhir layaknya peristiwa Aceh.

Penghuni Sahara Barat yang dikenal dengan sebutan Sahrawi itu menolak keputusan Polisario untuk menerima tawaran otonomi yang diajukan. Mereka menuntut untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Resolusi Dewan Keamanan PBB 1754 tahun 2007 akhirnya meminta diadakan referendum untuk keputusan tersebut. Nantinya, hasil dari referendum tersebut mempersilahkan bagi Sahrawi untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Meskipun demikian, referendum tersebut juga masih akan melalui berbagai pertemuan lagi yang pastinya memakan waktu.

Sementara Maroko sendiri telah berhasil memasukan delegasinya ke dalam pertemuan-pertemuan Sahrawi dan mencegah pertemuan Maroko-Sahwari menjadi pertemuan Sahrawi-Sahrawi yang pastinya menguntungkan penduduk Sahara Barat itu.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara