Politik Global

Otonomi Sahara, Akhiri Konflik yang Mengancam Stabilitas

KOMENTAR
post image

Inisiatif otonomi Maroko di Sahara diyakini dapat mengakhiri penyelesaian konflik yang mengancam stabilitas dan perdamaian di kawasan itu.

Hal ini diungkapkan anggota senior dari Komite Nasional Kebijakan Luar Negeri Amerika, Peter Pham, dalam artikelnya yang diterbitkan oleh The National Interest Online, pada hari Kamis lalu (22/4).

"Maroko telah menunjukkan fleksibilitas dan keterbukaan untuk mengakhiri penyelesaian konflik yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," tulis Pham.

Pham menyoroti relevansi proposal otonomi di Sahara, menekankan bahwa inisiatif ini tidak hanya menyediakan ide untuk pembentukan administrasi lokal, tetapi juga mencakup pemikiran inovatif dalam hal pendidikan dan keadilan.

Pham pun menyesalkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di kamp-kamp Tindouf di wilayah Aljazair yang telah dibangun oleh Polisario, dan menganggap hal ini sebagai pekerjaan rumah bagi masyarakat internasional untuk membantu penyelesaian penderitaan yang dialami penduduk.

"Masyarakat internasional harus mengakhiri penderitaan penduduk yang berlawanan dengan keinginan mereka sendiri di kamp-kamp Tindouf," kata Pham.

"Bahkan tidak ada yang tahu berapa banyak orang-orang yang kurang beruntung," lanjutnya, mengutip laporan dari beberapa organisasi internasional yang menyebutkan penolakan Aljazair dan Polisario untuk melakukan sensus penduduk.

Sambutan masyarakat internasional terhadap otonomi Maroko saat ini cukup hangat. Contohnya, yang dilakukan sejumlah besar senator partai Republik dan Demokrat Amerika Serikat yang mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton guna mendesak untuk membuat resolusi bagi pemecahan Sahara sebagai prioritas kebijakan luar negeri AS. Hal ini, lanjut Pham, harus terus digalakan oleh masyarakat internasional dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah Sahara dan sekitarnya.

Tidak hanya itu, Pham pun menganggap tindakan penyalahgunaan bantuan kemanusiaan yang kerap dilakukan para pemimpin Polisario merupakan hal yang tidak terpuji, karena selain dapat memicu bentrokan, juga sangat merugikan masyarakat yang kesulitan di kamp Polisario tersebut.

Tindakan ini telah dikukuhkan oleh banyak Saharawis yang telah melarikan diri dari kamp-kamp, termasuk Ahmedou Ouled Souilem, seorang anggota pendiri Polisario.

"Awal tahun ini saya mewawancarai Ouled Souilem yang membenarkan bahwa pasokan bantuan medis dan lainnya secara teratur terlihat dijual di pasar regional dari Mauritania sampai Niger," terang Pham.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara