Politik Global

Terorisme di Maghrib Makin Mengkhawatirkan

KOMENTAR
post image
Ancaman terorisme di kawasan Maghrib, belahan utara benua Afrika, tidak dapat dapat dipandang sebelah mata. Faktanya, kelompok teroris yang dikenal dengan nama Al Qaeda of the Islamic Maghreb (AQIM) dan berafiliasi dengan kelompok separatis Polisario itu berhasil menekan pemerintahan Mauritania untuk membebaskan salah seorang pentolan mereka Omar Ould Sid Ahmed Ould Hama alias Omar Sahraoui.

Omar Sahraoui yang lahir dan besar di wilayah Kerajaan Maroko sebelum akhirnya bergabung dengan Polisario ditangkap tak lama setelah AQIM menculik dua aktivis HAM warga neagra Spanyol, Roque Pascual dan Albert Vilalta, November 2009 lalu di Mauritania. Setelah diculik, kedua aktivis HAM yang bergabung dengan Barcelona Solidarity Action itu dibawa ke markas AQIM di utara Mali.

"Ini adalah 268 hari yang menyiksa bagi mereka dan keluarga mereka,” ujar Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero di Madrid setelah mendengar kepastian pembebasan Pascual dan Vilalta, akhir Agustus lalu.

Kelompok AQIM membebaskan Pascual dan Vilalta setelah Mauritania melepaskan Omar Sahraoui pada pertengahan Agustus lalu. Tadinya, pengadilan Mauritania menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara untuk Omar Sahraoui.

Sejumlah lembaga telah beberapa kali melaporkan aktivitas terorisme yang dilakukan kelompok AQIM di kawasan Marghib di utara benua Afrika.

European Strategic Intelligence and Security Center (ESISC) di bulan Mei lalu menjelaskan bahwa belakangan ini AQIM menjalin hubungan saling menguntungkan dengan aktivis kelompok separatis Polisario yang tinggal di kamp Tindouf di wilayah Aljazair, setelah bantuan yang diterima Polisario dari berbagai lembaga dan negara selama ini berkurang sejak era 1990an.

Penculikan, sebut ESICS yang dipimpin Claude Moniquet, adalah salah satu metode yang digunakan Polisario dan AQIM untuk mendanai gerakan mereka, selain penyelundupan senjata dan narkoba. ESICS juga mengingatkan bahwa kriminalitas yang dilakukan Polisario dan AQIM telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. ESICS juga telah mengingatkan bahwa keterlibatan pentolan Polisario seperti Omar Sahraoui dan anggota Polisario lainnya adalah buntut dari konflik berkepanjangan di kawasan itu. Arus ketegangan yang mengalir di bawah permukaan antara Maroko dan Aljazair juga disebutkan sebagai salah satu faktor penyebab mengapa konflik ini sulit diselesaikan.

“Ketegangan antara rabat Aljir menutup semua upaya kerjasama regional untuk menjawab persoalan keamanan dan dianggap sebagai salah satu alasan untuk menjelaskan perkembangan terorisme di kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir,” demikian ECICS.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara