Politik Global

Beberapa Hari Sebelum Idul Fitri Ould Akmach Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

KOMENTAR
post image
Kekuatan Polsario yang bermarkas di kamp Tindouf, Aljazair, diperkirakan semakin melemah setelah salah seorang pentolon kelompok separatis itu memilih kembali ke pangkuan Kerajaan Maroko beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1431 H.

Ahmed Ould Sidi Ahmed Ould Salak Ould Akmach kepada kantor berita Maghreb Arab Press (MAP) mengatakan bahwa sejatinya konflik antara Maroko dan Polisario yang didukung Aljazair sudah selesai. Kerajaan Maroko dinilainya telah memperlihatkan itikad baik dengan menawarkan konsep otonomi khsusus.

“Tawaran otonomi khusus ini adalah pilihan terbaik untuk menyelesaikan konflik, terlebih karena ia didukung oleh mayoritas orang Sahara, baik yang berada di Maroko maupun yang berada di Tindouf,” ujarnya.

Ia menambahkan, walau mendukung otonomi khusus, namun orang Sahara di Tindouf tidak bisa menyampaikan pendapat mereka secara terbuka karena tekanan Polisario dan Aljazair yang begitu besar.

Dia juga mengatakan, otonomi khusus adalah hak orang Sahara dimanapun mereka berada untuk akhirnya menikmati perdamaian dan keamanan. Mereka juga memiliki hak untuk kembali pulang.

Ould Akmach yang merupakan bagian dari klan Laaroussyine Oulad Lakhlifia Oulad Sidi Eddakak di Laayoune meminta PBB dan Dewan Keamanan meruntuhkan rezim otoriter di Tindouf sehingga orang Sahara yang berada di kamp itu bisa menyampaikan pendapat mereka secara terbuka dan bebas.

“Polisario dan Aljazair selama bertahun-tahun mengelabui komunitas internasional dan semua organisasi kemanusiaan mengenai jumlah pengungsi di Tindouf yang tidak lebih dari 45 ribu orang,” ujar Ould Akmach. Polisario dan Aljazair memberikan data palsu, yakni jumlah pengungsi sebanyak 160 ribu orang, kepada Badan Pengungsi PBB (UNHCR). Mereka sadar bahwa pada suatu hari ini penipuan ini akan diketahui juga.

Dia pun meminta agar PBB menekan Aljazair yang selama ini menghalangi keinginan UNHCR untuk menggelar sensus.

Sejak awal tahun ini lebih dari 2.000 orang Sahara melarikan diri dari Tindouf dan kembali ke Kerajaan Maroko. Menurutnya, ini adalah sebuah pertanda yang tidak bisa dipungkiri bahwa bagi orang-orang Sahara yang selama ini dikurung di Tindouf, tanah air mereka adalah Maroko.

Lahir tahun 1954 di Tichla, selatan Dakhla, Ould Akmach menempuh pendidikan perawat pada tahun 1973-1974. Setelah itu ia bergabung dengan Polisario di Tindouf dan diangkat sebagai perawat di Angkatan Bersenjata Polisario.

Setelah gencatan senjata tahun 1991, Ould Akmach ditunjuk sebagai kepala pusat kesehatan di salah satu distrik di Tindouf yang diberi nama “Wilaya Dakhla”. Ia juga bertanggung jawab terhadap kesehatan tawanan perang.

Di tahun 2008, setelah Kongres ke 12 Polisario, ia terpilih sebagai anggota Dewan Nasional Sahrawi dan bertugas sampai akhirnya dia kembali ke Maroko hanya beberapa hari sebelum Idul Fitri.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara