Politik Global

Situsi Yang Mirip Hari Terakhir di Jerman Timur

KOMENTAR
post image
Sikap kelompok elit Polisario mengingatkan pada kondisi Jerman Timur sebelum Tembok Berlin runtuh tahn 1989 lalu.

Kala itu, hanya kelompok elit Jerman Timur yang tidak menonton tayangan televisi Jerman Barat. Mereka juga tidak berkomunikasi dengan keluarga mereka yang berada di Jerman Barat yang lebih maju dan makmur.

Itu juga yang kini terjadi di kalangan elit Polisario, kelompok separatis yang ingin memisahkan Sahara dari Maroko. Elit Polisario yang bermarkas di kamp Tindouf di Aljazair juga tidak mengikuti perkembangan di Maroko yang semakin pesat. Mereka pun seolah memutus tali persaudaraan dengan keluarga mereka yang ada di Maroko.

Analisa jurnalis Amerika Serikat, Richard Miniter, itu disampaikannya dalam artikel berjudul “Perang yang Paling Tidak Punya Tujuan” di jurnal papan atas Foreign Policy.

Dia mencontohkan keluhan seorang perwakilan Polisario di Washington DC. Sang diplomat dengan sedih mengatakan bahwa dirinya tidak berkomunikasi dengan ayahnya selama berpuluh tahun. Dan sekarang dia tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya karena sang ayah telah meninggal dunia. Menurutnya, kunjungan ke Maroko bagi pejabat Polisario dapat berakibat fatal. Jabatan mereka bisa lepas.

Baru-baru ini Miniter mengunjungi Tindouf dan tinggal di kamp itu selama seminggu. Dia menggambarkan keadaan menyedihkan di kamp tersebut, juga kerusakan lingkungan yang tak tertahankan. Menurut Miniter, elit Polisario telah gagal menciptakan kondisi yang manusiawi.

Ia pun menemukan fakta bahwa kelompok elit Polisario, termasuk pemimpinnya Mohamed Abdelaziz, berkepentingan untuk mempertahankan konflik. Mereka juga menjadikan pengungsi di kamp Tindouf sebagai ATM hidup.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara