Politik Global

UNHCR Didesak Intervensi Kamp Polisario

KOMENTAR
post image
Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan komunitas internasional pada umumnya didesak untuk segera mengambil tindakan berarti yang dapat membebaskan keluarga pengungsi yang ditahan di kamp Tindouf di baratdaya Aljazair.

Kamp Tindouf yang berada tak jauh dari garis perbatasan Aljazair dan Maroko dikuasai oleh Polisario, kelompok yang mengklaim diri sebagai representasi orang Sahara. Sejak pertengahan 1970an lalu, kelompok ini mendapat perlindungan khusus dari pemerintah Aljazair.

Desakan tersebut disampaikan International Democratic Center (IDC) dalam sidang UNHCR di Jenewa hari Jumat kemarin (23/9).

Mami Ahl Ahmed dari IDC mengatakan, intervensi UNHCR dibutuhkan agar orang-orang Sahara yang sejak pertengahan 1970an itu diperdaya sehingga tertahan di kamp itu dapat segera kembali ke pangkuan keluarga mereka di Maroko. IDC juga mengatakan, UNHCR dan komunitas internasional perlu mendesak Aljazair untuk membuka kamp Polisario bagi dunia luar sehingga orang-orang yang selama ini hidup dalam tekanan Polisario mendapatkan keadilan.

Desakan IDC ini kembali disampaikan menyusul laporan-laporan terakhir yang menyebutkan bahwa kekerasan fisik dan psikologis di dalam kamp semakin menjadi. Berbagai laporan juga menyebutkan bahwa hak dasar orang Sahara tidak terpenuhi. Sementara rezim Polisario yang berkuasa sejak pertengahan 1970an hanya sibuk memperkaya diri sendiri.

Dalam pernyataannya, Mami Ahl Ahmed juga mengatakan, kondisi kesehatan penghuni kamp juga semakin mengkhawatirkan. Berbagai jenis penyakit mewabah di dalam kamp. Hal ini semakin parah karena dunia internasional gagal memberikan perlindungan akibat sikap keras kepala Polisario selama ini.

Salah satu hal yang juga disampaikan Mami Ahl Ahmed dalam sidang UNHCR itu adalah desakan agar Polisario memberikan kesempatan kepada Mustapha Salma Ould Sidi Mouloud untuk kembali berkumpul dengan anak dan istrinya di Tindouf.

Mustapha adalah mantan kepala keamanan Polisario yang tahun lalu dipecat dan sempat ditahan sampai ia melarikan diri dalam keadaan terluka. Setelah berpisah dengan ayahnya yang berada di Maroko, pertengahan tahun lalu Mustapha kembali ke kampung halamannya. Di sana ia menyaksikan pembangunan Sahara yang begitu gencar.

Hal itulah yang membuat Mustapha mengubah posisinya, dan meminta agar Polisario juga mempertimbangkan otonomi khusus yang dinikmati kawasan selatan Maroko sebagai jalan keluar untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini.

Tetapi petinggi Polisario marah dana menuding Mustapha berkhianat. Dia sempat dipenjara. Dalam sebuah kesempatan, Mustapha melarikan diri dan tertembak. Ia kini dikabarkan berada di Mauritania.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara