Politik Global

Peneliti Soroti Keterlibatan Kelompok Abdelaziz dengan Jaringan Teroris Afrika Utara

KOMENTAR
post image
Keberadaan Polisario di kamp pengungsi Tindouf semakin mengkhawatirkan dunia internasional. Hal ini karena kelompok yang mengklaim sebagai pemilik sah Sahara Barat, sebuah wilayah di selatan Maroko yang dipersengketakan sejak pertengahan 1970an, itu semakin terbukti memiliki keterkaitan dengan kelompok Al Qaeda kawasan utara Afrika dan Gurun Sahara (AQIM).

Media dan peneliti Barat menuding keterlibatan Polisario yang dipimpin Mohamed Abdelaziz itu dalam sejumlah kegiatan terorisme di kawasan Sahel dalam beberapa tahun belakangan ini. Termasuk diantaranya penculikan tiga aktivis kemanusiaan Eropa di kamp Tindouf pada bulan Oktober lalu. Polisario pun terlibat dalam penyelundupan senjata dan narkoba di wilayah Sahel.

Selain itu, sejumlah laporan menyebutkan bahwa Polisario juga menggelapkan bantuan kemanusiaan yang diberikan berbagai lembaga kemanusiaan internasional untuk para pengungsi. Bantuan kemanusiaan tersebut dijual ke sejumlah negara Afrika di kawasan Sahel.

Tidak salah bila media massa Barat, khususnya Amerika Serikat, seperti Washinton Post dan Huffington Post menilai, kamp Tindous menjadi semacam kolam ikan tempat kelompok teroris menyemai bibit.

Jurnalis dari Amerika Serikat Richard Miniter menuding keterlibatan Polisario dan AQIM dalam sejumlah aksi terorisme di wilayah Mali, Niger dan Mauritania. Penulis buku Losing Bin Laden dan ShadowWar ini mengatakan banyak pemuda Sahrawi di Tindouf yang dimanfaatkan Polisario dan AQIM untuk menculik orang-oramg Eropa demi mendapatkan tebusan.

Miniter yang pernah berkunjung ke Tindouf, mengatakan, keterlibatan para pemuda di kamp Tindouf didorong oleh frustasi yang mendalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Mereka juga merasa jenuh dengan sistem pemerintahan otoriter Polisario yang berkuasa.

Menurut Miniter dalam sebuah diskusi di Washington baru-baru ini, rasa frustrasi inilah yang mendorong mereka mengambil pilihan ekstrem melibatkan diri dengan para perekrut dari AQIM yang sebenarnya berhubungan baik dengan Polisario.

Hal senada juga disampaikan peneliti Amerika Serikat lainnya, Peter Pham. Dia mengatakan, keterlibatan pemuda-pemuda frustrasi itu dalam kegiatan Polisario dan AQIM lebih karena alasan prakmatis daripada ideologis.

Pejabat tinggi di Kementerian Luar Negeri AS, William J. Burns, beberapa waktu lalu pun menyampaikan sinyalemen negatif mengenai keterlibatan kelompok pemeberontak seperti Polisario dalam jaringan terorisme seperti AQIM. Menurut Deputi Menteri Luar Negeri AS ini, kelompok teroris dan kelompok perlawanan bersenjata bersatu dalam jaringan kriminal demi kepentingan bersama.

Mantan dutabesar AS untuk Rusia itu pun mengatakan, jaringan teroris ini meninggalkan jejak dari Amerika Latin, barat Afrika, hingga melintasi Eropa.

Foto Lainnya

Menlu Maroko dan Menlu Jepang Sepakat Perkuat Kemitraan

Sebelumnya

Pemimpin-pemimpin Spanyol Memuji Kemajuan Maroko

Berikutnya

Artikel Sahara