Dalam catatan yang dipublikasikan Huffington Post itu Kerry mengatakan, dia dan anaknya menyaksikan bagaimana polisi dan polisi rahasia Maroko menekan kelompok masyarakat Sahara yang ingin mendapatkan kemerdekaan.
Tulisan Kerry itu dikecam juga oleh sementara pemerhati masalah Sahara Barat yang menilai Kerry tidak proporsional dan melebih-lebihkan persoalan. Bahkan mengabaikan persoalan yang jauh lebih penting.
Penulis dan peneliti Richard Miniter misalnya, dalam catatannya mengatakan, Kerry tidak menjelaskan bahwa apa yang disebutnya sebagai korban kekerasan aparat adalah kelompok pemberontak yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda dan penyelundup narkoba di kawasan Sahel.
Sejumlah laporan yang dirilis berbagai lembaga kemanusiaan beberapa tahun belakangan ini menemukan bukti-bukti yang memperlihatkan hubungan antara kelompok separatis Polisario yang berada di Tindouf, Aljazair memiliki kaitan dengan jaringan Al Qaeda di kawasan Afrika Utara.
Selama ini RFK Center mengerjakan proyek dokumentasi pelanggaran HAM di sejumlah negara. Namun Richard Miniter tampaknya tidak habis pikir mengapa Kerry Kennedy seakan mengabaikan kenyataan bahwa Maroko sedang berhadapan dengan kelompok separatis yang memiliki jaringan dengan kelompok Al Qaeda sementara di sisi lain Maroko adalah salah satu partner penting Amerika Serikat dalam perang melawan teroris.
"Ini (Al Qaeda di Afrika Utara) adalah kelompok yang merancang pengeboman Kedubes AS di Bamako, Mali. Kelompok ini juga merancang penculikan pereli Paris-Dakar. Juga menyandera orang-orang Eropa untuk mendapatkan tebusan," tulis Richard sambil menekankan bahwa Al Qaeda merancang pembunuhan semua diplomat Amerika di kawasan Afrika Utara.
Sementara Maroko adalah sebuah kerajaan kontitusional dimana pemerintahan dipilih lewat jalan demokrasi oleh rakyat.
Richard juga menceritakan pengalamannya saat mengunjungi kamp pengungsi dekat Tindouf. Ketika itu dia bertemu dengan seorang seniman yang disiksa. Sampai-sampai polisi Polisario menggunakan botol untuk mensodomi artis laki-laki itu di penjara Rabumi di Tindouf.
Dia pun sempat bertemu dengan anggota keluarga Sidi Mouloud yang hidup dalam tekanan Al Qaeda. Sidi Mouloud adalah mantan Kepala Polisi Polisario yang divonis berkhianat karena meminta Polisario memperhatikan proposal otonomi khusus yang disampaikan Maroko.
Richard juga mengatakan dalam kunjungan ke Tindouf itu dirinya juga bertemu dengan pemimpin Polisario, Muhammad bin Abdelaziz, yang tak pernah tergantikan sejak pertengahan 1970an karena tidak ada seorang pun yang boleh menantangnya.
Abdelaziz, ujar Richard, mengagumi model otoritarianisme di Aljazair.