Kaum perempuan di kawasan perdesaan di banyak negara, termasuk di Indonesia dan Maroko, adalah tulang punggung pembangunan ekonomi khususnya sektor ril. Dengan demikian sudah sepantasnya perhatian terhadap kaum perempuan di kawasan perdesaan lebih ditingkatkan lagi.
Demikian disampaikan Presiden Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Maroko atau Sahabat Maroko, Teguh Santosa, beberapa saat lalu (Jumat malam waktu Indonesia, 8/3). Teguh sedang berada di Rabat, Maroko, untuk menghadiri Konferensi Internasional Perempuan Perdesaan dan Proses Pembangunan.
"Saya kira di semua negara kaum perempuan perdesaan memainkan berbagai peran sekaligus. Selain sebagai ibu, mereka juga terlibat langsung dalam aktivitas ekonomi keluarga, dan ketahanan pangan masyarakat," ujar Teguh dalam pesan yang diterima redaksi beberapa saat lalu.
Teguh menyambut baik inisiatif Kerajaan Maroko menyelenggarakan konferensi internasional yang dikaitkan dengan peringatan Hari Perempuan. Ratusan delegasi dari sekitar 60 negara menghadiri konferensi yang digelar di Sofitel Hotel Rabat ini.
Konferensi internasional yang diselenggarakan Persatuan Nasional Wanita Maroko (UNFM) tersebut dibuka Putri Mahkota Lalla Meryem, adik dari Raja Muhammad VI.
Teguh juga mengatakan, berbagai studi memperlihatkan kaum perempuan Indonesia yang berada di perdesaan lebih banyak dari kaum perempuan yang hidup di perkotaan. Sebagian besar dari kaum perempuan yang hidup di perdesaan itu terlibat dalam ekonomi pertanian.
Dengan demikian, sambung Teguh, pembangunan sektor pertanian tidak dapat dipisahkan dari dukungan pemerintah terhadap kaum perempuan di perdesaan.
"Banyak yang berpendapat bahwa sektor pertanian kita sudah mulai ditinggalkan karena tak lagi menguntungkan. Harga pupuk yang tinggi, misalnya, dan harga jual produk pertanian yang rendah menjadi salah satu penyebab," demikian Teguh.