Apalagi, di tengah hegemoni negara-negara Barat, Maroko dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menjalin kerjsama. Sayangnya, potensi itu belum bisa dimanfaatkan dengan baik.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Saleh P. Daulay, dalam pesan singkat kepada Rakyat Merdeka Online sesaat sebelum memasuki Royal Palace, Istana Raja Muhammad VI, di Rabat, Maroko, sesaat lalu, Kamis, (18/7).
"Salah satu negara yang paling stabil secara politik di kawasan Timur Tengah dan Afrika saat ini adalah Maroko. Arab Spring yang berhembus di Timur Tengah tidak meluas sampai ke sini," jelas Saleh.
Bersama ratusan ulama dari berbagai penjuru dunia, Saleh diundang ke Maroko untuk menghadiri The Second Religious Lecture of the Series of Hassanian Lectures of Holy Ramadan 1434 H yang berlangsung sepanjang bulan suci Ramadan.
Kegiatan tersebut langsung dihadiri oleh Raja Muhammad VI bersama anak dan pembesar kerajaan lainnya. Makalah ilmiah keagamaan dari berbagai sudut pandang dipaparkan di dalam forum tersebut.
Saleh menilai banyak sumber daya alam Maroko yang bisa dimanfaatkan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah fosfat sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Sebagai negara agraris, pupuk tentu sangat dibutuhkan di Tanah Air. Dengan menggunakan bahan baku fosfat, Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri.
"Pemerintah Indonesia bisa memulai usaha ini dengan memfasilitasi pengusaha-pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Maroko. Begitu juga pengusaha-pengusaha asal Maroko berinvestasi di Indonesia," ungkap Saleh.
Saleh menilai bahwa Raja Muhammad VI sangat terbuka untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara Islam. "Kegiatan ini pun sepertinya dimaksudkan sebagai publik diplomasi dalam menyatukan para ulama Islam dari berbagai negara. Dengan begitu, kerjasama dan silaturrahim makin mudah diwujudkan," demikian Saleh.