Raja Maroko Muhammad VI dan Presiden Prancis Francois Hollande ikut berpikir keras untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di Republik Afrika Tengah setahun terakhir ini.
Konflik di Afrika Tengah terjadi setelah kelompok pemberontak Seleka mengambil alih kekuasaan dari Presiden Francois Bozize. Seleka adalah koalisi dari sejumlah partai politik, dengan dua kelompok utama Persatuan Kekuatan Demokratik dan Konvensi Patriot untuk Keadilan dan Perdamaian.
Presiden Bozize melarikan diri meninggalkan pengikutnya yang berperang melawan pengikut Seleka.
Pada April 2013 pemimpin Seleka Michael Djotodia diangkat sebagai presiden taransisional.
Sejumlah catatan menyebutkan sekitar 200 ribu orang mengungsi akibat kekerasan komunal.
Raja Muhammad dan Presiden Hollande melakukan pembicaraan via telepon hari Selasa lalu (24/12) untuk membahas perkembangan terakhir di Afrika Tengah.
Kedua kepala negara merasa prihatin dengan kekerasan yang terus terjadi dan seolah tak menemukan jalan keluar.
Prancis dan Maroko mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Afrika Tengah. Dalam pembicaraan itu, Muhamamad VI dan Hollande menekankan perlunya membangun suasana yang kondusif sebagai prasyarat untuk menciptakan dialog damai serta memulai proses transisi demokrasi dalam kerangka persatuan nasional.
Raja Muhammad VI berpendapat situasi di Afrika Tengah harus segera ditangani agar tidak semakin buruk dan membuat kesan perang antarkelompok politik ini berkembang menjadi perang antarkelompok penganut agama dan suku.