Situasi di dalam kamp Tindouf di Aljazair kembali memanas. Dua pengungsi, Khatri Ould Hammadha Khandoud dan Mohamed Ould Aliyenne Abbih terbunuh dalam bentrokan dengan tentara Aljazair pada tanggal 5 Januari lalu.
Selain kedua korban tewas disebutkan bawa beberapa warga lainnya terluka dalam bentrokan yang terjadi di dekat perbatasan Aljazair dan Mauritania itu.
Warga suku Rguibat Sellam di Laayoune, Maroko, menuduh tentara Aljazair dan kelompok pemberontak Polisario bertanggung jawab di balik kejadian ini. Mereka telah mengirimkan surat kepada Ketua Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag dan meminta agar kejadian itu ditelusuri.
Informasi yang berkembang seperti dikutip Maghreb Arab Press mengatakan bahwa pemimpin Polisario menggerakkan pemberontakan di kamp Tindouf bertepatan dengan kunjungan Utusan Pribadi Sekretaris Jenderal PBB untuk Sahara, Christopher Ross.
Diperkirakan sekitar 400 orang menggelar demonstrasi di kawasa Smara di dalam kamp Tindouf pada 23 dan 24 Januari. Kaum wanita dan anak-anak ikut serta dalam kegiatan itu. Demonstrasi ini disebutkan bentuk protes mereka terhadap perlakuan semena-mena milisi Polisario.
Dua aktivis, Abdelhaye Liman dan Lmaarouf Ould Hamdi yang berjuang demi kebebasan, mendirikan tenda di depan kantor UNHCR di Rabouni dan memulai aksi mogok makan.
Aksi mereka juga bertujuan untuk menghentikan kebijakan Polisario membatasi mobilitas mereka. Alih-alih memenuhi tuntutan penghuni kamp, Polisario malah menutup sama sekali akses mereka dengan dunia luar.
Pertemuan mereka dengan direktur kantor lokal UNHCR tidak membawa hasil. Pimpinan UNHCR di Aljazair pun juga menangguhkan permohonan mereka untuk bertemu.