Mali menjadi negara pertama yang disambangi oleh Raja Muhammad VI dalam tur Afrika yang dimulai sejak awal pekan lalu. Tur afrika tersebut adalah yang kedua kalinya dilakukan oleh Raja Muhammad VI dalam kurun waktu kurang dari satu tahun terakhir.
Dalam kunjungannya ke Mali, Raja Muhammad VI meresmikan sejumlah infrastruktur penting bagi pembangunan di negara tersebut, yakni kabel serat optik trans Afrika, pabrik semen, dan penamaan jalan raya utama di ibu kota Mali, Bamako.
Didampingi oleh Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita pada Sabtu (22/2), Raja Muhammad VI meresmikan kabel serat optik trans Afrika di Bamako.
Kabel serat optik yang membentang sepanjang 1.064 km tersebut menghubungkan kota Sikasso yang berbatasan dengan Pantai Gading dan Burkina Faso ke kota Gogui yang berbatasan dengan Mauritania. Pembangunan jaringan kabel tersebut didanai oleh anak perusahaan Maroc Telcom yakni Sotelema dan telah menelan biaya sebesar 4 miliar CFA francs atau hampir setara dengan 6 juta Euro dalam sebelas bulan pembangunan.
Kabel serat optik itu akan membentang sepanjang 5,698 km dan menghubungkan sejumlah negara seperti Maroko, Mauritania, Mali, Burkina Faso, dan Niger. Diperkirakan butuh waktu setidaknya dua tahun untuk menyelesaikan pembangunan kabel tersebut dengan nilai investasi mencapai 13 miliar CFA francs.
Pembangunan kabel serat optik trans Afrika dilakukan untuk menjamin adanya lalu lintas koneksi untuk memenuhi permintaan atas penyediaan internet dengan kecepatan tinggi oleh bandwidth internasional.
Selain meresmikan pembangunan kabel serat optik trans Afrika, pada hari yang sama Raja Muhammad VI juga meluncurkan konstruksi kerja dari pabrik semen di kota Diago, 30 km dari Bamako. Pabrik yang dibawa oleh grup Cimat-Cimaf tersebut telah memproduksi 500 ribu ton semen setiap tahunnya dan mampu ditingkatkan hingga 1 juta ton per tahun.
Aktifitas pabrik juga akan dilengkapi oleh fasilitas pelabuhan kapal barang dan pengepak massal, ruang penyimpanan bagi clinker dan sejumlah bagunan untuk bagian administrasi, komersial dan teknis.
Pabrik yang dibangun di atas area seluas 10 hektar tersebut akan dibangun dalam kurun waktu 18 bulan dengan nilai sebesar 30 juta euro. Pembangunan pabrik semen Bamako tersebut dirancang berdasarkan standar teknologi terbaru dan ramah lingkungan.
Selain itu, pada hari berikutnya, (Minggu, 23/2), Raja Mohammed VI bersama dengan Presiden Ibrahim Boubacar Keita juga melakukan peresmian nama jalan raya utama di kota Bamako.
Jalan raya utama yang membentang sepanjang empat kilometer dengan lebar 26 meter tersebut diberi nama jalan raya Mohammed VI atau "the Mohammed VI Boulevard".
Jalan raya tersebut menghubungkan pusat kota dengan sejumlah wilayah tetangga termasuk Sebinikoro, Bakojikoroni, dan Lafiaboko.
Pembangunan sejumlah infrastruktur penting di Mali tersebut, tegas Raja Mohammed VI pada akhir kunjungannya, adalah terkait dengan implementasi dari rencana pemulihan berkelanjutan di Mali atau Plan for Mali's Sustainable Recovery (PRED) yang didukung oleh komunitas internasional di Konferensi di Brussels 15 Mei tahun lalu, di mana Maroko adalah anggota dari Komite Pemantauan.
Lebih lanjut, kunjungan Raja Mohammed VI juga terkait perhatian Maroko atas penjagaan kesatuan wilayah dan stabilitas di Mali.
Dalam kunjungan tersebut Raja Mohammed VI dan Presiden Mali juga membuat sebuah pernyataan bersama terkait perkembangan kesatuan dan stabilitas Mali. Oleh karena itu Maroko menekankan adanya kebutuhan kontribusi dalam menemukan solusi dan kompromi yang memungkinkan untuk melawan gerakan fundamentalis dan terorisme yang mengancam negara-negara Maghreb, Sahel dan Sahara.
Setelah Mali, Raja Mohammed VI akan menyambangi, Guinea Conakry, Pantai Gading dan Gabon sebagai rangkaian tur Afrika.