KETEGANGAN antara dua negara tetangga Kerajaan Maroko dan Aljazair memasuki baba baru. Kali ini ketegangan dipicu persoalan penyelundupan obat-obatan terlarang dari Aljazair ke Maroko.
Beberapa waktu belakangan ini pihak keamanan Maroko dilaporkan menangkap pengedar dan penyelundup narkoba dari Aljazair. Agar kejadian itu tidak terulang pemerintah Maroko mengajak tetangganya itu untuk sama-sama memerangi peredaran narkoba di perbatasan kedua neagra utara Afrika tersebut.
Namun Aljazair malah menuding Marokolah yang menjadi sumber peredaran narkoba.
Maroko jelas kecewa dengan sikap Aljazair yang tidak memperlihatkan keinginan positif untuk bekerja sama.
Menurut Maroko, sikap Aljazair ini bagian dari upaya sistematik Aljazair memojokkan Maroko di dunia internasional.
“Di saat Maroko berusaha mengajak kerjasama di kawasan dan internasional (dalam perang melawan narkoba), pejabat-pejabat Aljazair meneruskan kebiasaan mereka memprovokasi kontroversi atas isu yang sangat penting ini,” ujar Menteri Dalam Negeri Mohamed Hassad dalam jumpa pers di Rabat hari Rabu lalu (13/8). Jumpa pers itu juga dihadiri Menteri Komunikasi Mustapha El Khalfi.
“Bukan rahasia lagi, penyelundupan merupakan sumber pembiayaan jaringan kriminal di Aljazair, termasuk kelompok teroris di kawasan Sahel,” ujarnya lagi.
Sejak awal 2014 pemerintah Maroko telah menahan penyebaran 143 ribu tablet narkoba. Sementara sepanjang tahun lalu sebanyak 450 ribu tablet narkoba yang diselundupkan dari Aljazair berhasil disita.
Selama ini Maroko dan Aljazair berkonflik atas wilayah Sahara Barat. Aljazair membantu kelompok Polisario yang mengklaim wilayah selatan Maroko sebagai negara merdeka dan independen. Aljazair menampung Polisario di Kamp Tindouf dekat perbatasan dengan Maroko.
Beberapa tahun terakhir ditemukan kaitan antara aktivitas Polisario dengan jaringan Al Qaeda di Afrika Utara (AQIM). Pengikut Polisario juga aktif membantu Muammar Khadafi dalam perang saudara di Libya baru-baru ini.