JUMLAH serangan teroris yang terjadi sepanjang 2014 di kawasan Afrika Utara dan Sahel merupakan yang paling banyak dalam sepuluh tahun terakhir.
Adalah Inter-University Center on Terrorism Studies (IUCTS) dan Potomac Institute for Policy Studies yang merilis hasil penelitian itu pekan lalu.
Di dalam laporan tahunan keenam itu disebutkan jumlah serangan teroris di Afrika Utara dan Sahel meningkat 25 persen dari tahun sebelumnya.
Sebanyak 289 serangan terorisme terjadi sepanjang 2014. Angka ini juga sama dengan 800 persen peningkatan risiko serangan oleh kelompok Al Qaeda di Afrika Utara (AQIM) pasca serangan 9/11 di New York.
Menurut penelitian itu ancaman keamanan di Afrika Utara dan Sahel semakin tinggi bersamaan dengan krisis di sejumlah negara di kawasan itu seperti Mesir, Nigeria dan Republik Afrika Tengah juga Somalia. Juga ditambah arus balik kelompok jihadis yang kembali dari Suriah dan Irak yang memiliki hubungan dengan ISIS.
Direktur IUCTS, Dr. Yonah Alexander, mengatakan, dari studi yang mereka lakukan, Libya menjadi negara yang paling banyak mengalami serangan teroris selama 2014, yakni sebanyak 201 serangan, diikuti Mali (35), Tunisia (27), dan Aljazair (22).
"Dengan begitu banyak ketidakpastian dan tantangan yang meluas, menjadi sebuah kewajiban bagi komunitas internasional, khususnya Barat, bekerja dengan tekun dengan pihak otoritas di kawasan ini untuk mengimplementasikan dan mengembangkan kapasitas keamanan, juga pembangunan politik, sosial dan ekonomi, demi menciptakan penangkal yang tepat," sambungnya.
Studi ini juga menyimpulkan sepuluh langkah taktis dalam menghadapi isu keamanan di kawasan itu.
Di antaranya adalah mendukung reformasi di negara-negara yang rentan menghadapi potensi ancaman, termasuk di dalamnya dengan memberikan bantaun dalam program perlindungan HAM, pembangunan ekonomi, peradilan yang bebas dan pemerintahan yang transparan.
Langkah taktis lain adalah mendorong praktik Islam yang moderat dan mempromosikan program kontra radikalisme.
Juga perlu menangani secepat mungkin konflik seperti yang terjadi antara Maroko dengan kelompok Polisario. Komunitas internasional didorong untuk melibatkan diri secara aktif dalam mengawasi kamp Tindouf di Aljazair yang menjadi markas Polisario.
Kerjasama global juga prlu dilakukan untuk memastikan bantuan kemanusiaan yang dikirimkan kelompok donor tidak disalahgunakan pihak tertentu untuk kepentingan militer. [dem]