SEKJEN PBB Ban Ki-moon dijadwalkan mengunjungi Maroko pada pertengahan November ini untuk menghadiri Conference of the Parties (COP) dalam rangka UN Framework Convention on
Climate Change (UNFCC) ke-22 di Marrakesh.
Rencana kunjungan Ban Ki-moon ini telah diumumkan jurubicaranya, Stephane Dujarik pada bulan September lalu. Kunjungan Ban Ki-moon ke Maroko membuka peluang bagi PBB dan Rabat untuk membicarakan persoalan bilateral.
Namun belum diperoleh informasi apakah Ban Ki-moon dijadwalkan bertemu dengan Raja Muhammad VI sebelum COP22 yang diselenggarakan antara 7-18 November itu.
Kunjungan ban Ki-moon ke Maroko itu terjadi di tengah ketegangan di kawasan perbatasan Maroko dan Mauritania, tepatnya di Guerguerat.
Maroko berusaha membersihkan kawasan itu dari aktivitas perdagangan narkoba. Selain itu, Guerguerat selama ini juga dikenal sebagai wilayah operasi kelompok teroris di kawasan Sahel.
Kunjungan ini juga diharapkan dapat meluruskan persoalan di antara Maroko dan Ban Ki-moon setelah pada bulan Maret lalu Ban Ki-moon membuat blunder politik usai mengunjungi Kamp Tindouf, Aljazair dan mengatakan bahwa Maroko mengokupasi Sahara Barat.
Pernyataan Ban Ki-moon itu jelas membuat Maroko dan rakyat Maroko marah besar. Berbagai protes dilancarkan dan membuat Ban Ki-moon pada akhirnya menyampaikan permohonan maaf.
Sejauh ini, dalam pembicaraan damai yang disponsori PBB, hanya Maroko yang menawarkan jalan keluar secar damai melalui skema otonomi khusus untuk Sahara Barat. Proposal ini telah disampaikan sejak pertemuan tahun 2007 lalu. SMC