Kerajaan Maroko memiliki komitmen kuat dalam menghadapi isu perubahan iklim dan mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk meminimalisir dampaknya.
Demikian disampaikannya Raja Muhammad VI saat memberikan sambutan dalam Konferensi Para Pihak Ke-22 Konvensi Perubahan Iklim PBB (COP22) di Marrakesh (Selasa, 15/11).
"Fakta bahwa Maroko mengorganisir konferensi dunia ini untuk kedua kalinya setelah 2001, mencerminkan komitmen kami untuk mendekati tantangan global ini dalam kerangka multilateral," ujarnya.
Menurut Muhammad VI, isu seputar perubahan iklim merupakan prioritas utama Kerajaan.
"Negara kami adalah di antara yang pertama memainkan bagian dalam meningkatkan kesadaran global tentang perubahan iklim. Kontribusi awal kami saat saya menghadiri Pertemuan Bumi di Rio (Rio Earth Summit) pada tahun 1992, sebagai Putra Mahkota dan sebagai kepala delegasi Maroko," sambungnya.
COP22 di Marrakesh merupakan titik balik yang berarti dan menentukan pelaksanaan Perjanjian Paris yang disepakati pada tahun lalu.
Seluruh umat manusia menaruh harapan besar pada resolusi yang akan disahkan dalam COP22. Dan yang diharapkan itu, demikian Muhammad VI, sebenarnya lebih dari sekadar deklarasi komitmen dan prinsip-prinsip untuk menghentikan pemanasan rumah kaca.
Penyelenggaraan COP22 di Afrika, masih menurut Raja Muhammad VI, memiliki arti penting untuk mengingatkan kita semua bahwa dampak dari perubahan iklim lebih terasa di kawasan Selatan, di negara-negara berkembang.
"Lima belas tahun terakhir kita telah menyaksikan munculnya wacana memperluas pada isu-isu lingkungan, bersama-sama dengan peningkatan jumlah LSM yang terlibat dalam advokasi lingkungan. Lebih penting lagi, periode ini ditandai dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan," ujar Muhammad VI.
Tetapi, sambungnya lagi, masih perlu ditanyakan apakah munculnya kesadaran positif seperti membawa kita ke arah yang benar? Juga, apakah konferensi seperti benar-benar menghasilkan koordinasi dan kerjasama yang melibatkan semua pihak?
Persoalannya, sebut Raja Muhammad VI, ada perbedaan mendasar antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang dalam menghadapi isu perubahan iklim.
"Prioritas di negara-negara industri, yang dikatakan negara maju, tidak sama dengan yang di negara-negara berkembang. Ada juga kesenjangan besar antara dua dalam hal sarana dan sumber daya," katanya.
Dia menambahkan, dapat dipahami bahwa membela kepentingan masing-masing negara adalah sifat alami. Tetapi dalam saat seperti sekarang ini yang dibutuhkan adalah tindakan bersama.
Karena, keputusan yang dibuat tidak selalu mudah untuk diterapkan di beberapa negara, maka sedari dini perlu menggagas program pendidikan isu lingkungan, dan meningkatkan kesadaran melestarikan masa depan umat manusia.
"Saya ingin menekankan di sini bahwa Maroko akan mencurahkan upaya dan mengalokasikan sumber daya keuangan yang ada untuk menghadapi kesulitan (namun sesungguhnya) adalah misi yang mulia ini," demikian Raja Muhammad VI. SMC