UNI Eropa mulai membicarakan nasib Aljazair, tetangga Maroko, apabila ditinggalkan pemimpin juncta militer Abdelaziz Bouteflika yang sakit-sakitan sejak tahun 2013 lalu.
Situasi paska Bouteflika, menurut Dirjen Kehormatan Komisi Eropa, Pierre Defraigne, dapat membahayakan Aljazair dan membawa negara dengan 40 juta penduduk itu ke ambang perang saudara seperti yang tengah dialami Suriah dan Libya.
"Eropa harus belajar dari tragedi di Aleppo," ujar Defraigne kepada La Libre Belgique, seperti dikutip dari Morocco World News.
"Dan ini harus dilakukan dengan cepat karena ada krisis baru yang sangat mengancam, yakni Aljazair dengan 40 juta penduduk, menunggu kematian Presiden Bouteflika, yang secara faktual tidak bisa berkuasa lagi untuk waktu yang lama," ujarnya.
Bouteflika muncul di hadapan publik hanya sesekali sejak mengalami serangan stroke tahun 2013. Sejak itu, anaknya dan orang-orang yang dekat dengan dirinya menjalankan pemerintahan dengan menggunakan nama Bouteflika.
Aljazair disebutkan tidak memiliki masa depan yang jelas andaikata Bouteflika yang kini berusia 79 tahun meninggal dunia. Dia beberapa waktu lalu telah menghapuskan pasal di dalam konstitusi yang membatasai kekuasaanya hanya empat periode.
Selain itu, harva minyak yang rendah di pasar internasional dalam dua tahun terakhir juga memukul perekonomian rakyat Aljazair. Rakyat Aljazair yang selama ini mendapatkan bahan makanan dan bahan bakar minyak dengan harga murah mulai merasakan situasi yang sulit.
"Pergantian Bouteflika akan mengaktifkan konflik fundamental yang selama tiga puluh tahun tidal terdengar, yakni antara kelompok Islamis yang didukung Arab Saudi dengan tentara yang mendapatkan kekuasaan dan berprilaku korup, imperialists dan menindas," mash kata Defraigne.
"Ancaman ledakan dan perang saudara, sayang sekali, sangat serius," masih katanya. SMC