DEWAN Perwakilan Rakyat Maroko menyelidiki kasus human mules atau manusia pengangkut beban di penyeberangan Ceuta.
Menurut informasi yang diperoleh Parlemen, beberapa wanita pengangkut beban meninggal dunia karena kepanikan juga kelelahan yang amat sangat dalam beberapa tahun terakhir.
Anggota Parlemen Abdelwadoud Kharbouch mengatakan, penyelidikan dilakukan oleh Komite Hubungan Internasional, Pertahanan Nasional dan Urusan Islam serta Dewan Warga Maroko di Luar Negeri.
Beberapa perwakilan dari sejumlah partai di Parlemen ditunjuk untuk terlibat dalam investigasi, termasuk Kharbouch.
“Misi ini fokus memahami situasi umum di Pintu Sebta, Ceuta, secara khusus situasi yang mengabaikan anak-anak dan wanita pengangkut beban,” ujar Kharbouch seperti dikutip dari Maghreb Arab Press.
Keputusan ini juga untuk mempelajari kaitannya dengan penyelundupan yang berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi kawasan.
Dari data yang dimiliki Kharbouch, disebutkan ada sekitar 8.500 pengangkut beban di kawasan itu dan sekitar 3.000 di antaranya adalah wanita. Mereka mengangkut beban yang cukup berat melintasi pintu perbatasan.
Penyelidikan dilakukan pada tanggal 11 Juli hingga 13 Juli.
Di bulan Januari lalu dua wanita pengangkut beban berkewarganegaraan Maroko meninggal dunia dan beberapa lainnya terluka karena terjebak di depan pintu Ceuta.
Kasus serupa terjadi sebanyak tiga kali di tahun 2017. Selalu ada korban tewas dalam setiap kejadian.
Otoritas Spanyol dan Maroko telah membuat kesepakatan untuk mencegah hal serupa terulang di masa depan. Perjanjian yang ditandatangani tahun 2017 memperbolehkan wanita pengangkut beban melintasi perbatasan hanya pada hari Senin dan Rabu. Sementara pria pengangkut beban diperbolehkan melintasi perbatasan pada hari Selasa dan Kamis.
Ceuta merupakan salah satu kantong Spanyol di utara Afrika. Daerah ini tadinya adalah milik Maroko, namun dikuasai Spanyol hingga kini. [SMC]