KONDISI kesehatan Brahim Ghali dikabarkan sedang memburuk. Hepatitis C yang dideritanya, menurut informasi, sudah memasuki fase yang sangat buruk dan rusak berat. Dalam bahasa kedokteran disebut cirrhosis.
Brahim Ghali adalah pemimpin Polisario kelompok yang bermarkas di kamp Tindouf, Aljazair. Dia mulai memimpin Polisario pada bulan Juli 2016 menggantikan Mohaamed Abdelaziz yang meninggal dunia sebelumnya.
Karena posisi sebagai pemimpin Polisario itu pula, Ghali secara otomatis menjadi presiden negara boneka Republik Demokratik Arab Sahrawi.
Polisario adalah kelompok yang mengklaim kemerdekaan Sahara Barat di selatan Maroko. Sengketa wilayah ini kembali dibicarakan PBB sejak 2007.
Namun sejauh ini, baru Maroko yang menyampaikan proposal perdamaian dalam kerangka otonomi khusus. Menurut PBB, proposal damai yang diajukan Maroko cukup kredibel untuk digunakan sebagai pijakan dalam menyelesaikan sengketa.
Sementara Polisario hingga kini masih tidak menyampaikan porposal apapun, kecuali bertahan pada keinginan klasik Polisario yang merupakan warisan dari Perang Dingin.
Kondisi kesehatan Ghali yang memburuk memicu dinamika baru tidak hanya di dalam kamp Tindouf, tetapi juga di kalangan elit Aljazair yang selama ini memberikan dukungan kepada Polisario.
Situasi paling buruk yang terjadi pada diri Ghali tentu akan menjadi pekerjaan tambahan bagi Aljazair yang berusaha sejak lama untuk mempertahankan eksistensi Polisario di negeri itu.
Masalahnya, kini kelompok oposisi yang menentang Polisario di kamp Tindouf semakin besar. Kelompok pemuda semakin berani menolak otoritarianisme Polisario dan secara sembunyi-sembunyi menyiarkan penolakan mereka itu melalui jaringan internet.
Mohamed Abdelaziz yang digantikan Ghali, sebagai contoh, memimpin Polisario sejak 1976 sampai meninggal dunia.
Nasib Ghali pun diperkirakan sama, akan memimpin kelompok itu hingga akhir hayatnya. [SMC]