DELEGASI Kerajaan Maroko yang akan mengikuti pembicaraan mengenai sengketa Sahara Barat di Jenewa pekan depan dipimpin Menteri Luar Negeri Nasser Bourita.
Di dalam delegasi Maroko juga terdapat Ketua Kawasan Dakhla-Oued Eddahab, Khattat Yanja, dan Ketua Kawasan Laayoune-Sakia El Hamra, Hamdi Ould Errachid.
Pembicaraan di Jenewa itu atas inisiatif Utusan Pribadi Sekjen PBB, Horst Kohler. Aljazair, Polisario dan Mauritania juga diundang dalam pertemuan itu.
PBB ingin menggunakan pertemuan di Jenewa sebagai pijakan awal untuk memulai pembicaraan damai pada level berikutnya demi menemukan solusi damai yang dapat diterima semua pihak.
Pihak Aljazair yang selama ini tidak pernah dilibatkan dalam pembicaraan damai Sahara Barat, dalam pertemuan di Jenewa akan dipimpin Menteri Luar Negeri Abdelkader Messahel, didampingi penasihatnya, Abdallah Baali, dan Dutabesar Aljazair untuk PBB, Sabri Boukadoum.
Selama ini Aljazair menolak ikut bertanggung jawab pada konflik di kawasan itu, walaupun pada praktiknya Aljazair memberikan perlindungan dan mendukung serta membantu penuh kelompok Polisario yang berada di teritori Aljazair, Kamp Tindouf.
Dalam Resolusi Dwwan Keamanan 2440 yang baru diterbitkan, dengan tegas Aljazair disebut sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Adapun delegasi Mauritania dipimpin Menteri Luar Negeri Ismail Ould Cheikh Ahmed. Sementara delegasi Polisario terdiri dari Khatri Addouh M’Hammad Khaddad.
Addouh adalah semacam ketua parlemen di negara Republik Demokratik Arab Sahrawi, sementara Khaddad merupakan mantan kepala keamanan negara boneka yang didirikan Polisario itu. [SMC]