Pembicaraan Damai Sahara di Jenewa Dimulai
PEMBICARAAN damai sengketa Sahara Barat di Markas PBB di Jenewa, dibuka. Empat pihak yang diundang PBB untuk menghadiri pertemuan itu akhirnya benar-benar mengirimkan delegasi. Keempatnya adalah Maroko, Aljazair, Mauritania dan Polisario.
Dipimpin Menlu Nasser Bourita, delegasi Maroko tiba di Istana Bangsa Bangsa sekitar pukul 14.30, Rabu (5/12). Anggota delegasi Maroko terdiri dari Perwakilan Tetap Maroko di PBB, Omar Hilale, dan Presiden kawasan Laayoune-Sakia El Hamra, Sidi Hamdi Ould Errachid, serta Presiden Dakhla-Oued Eddahab, Ynja Khattat.
Pengamat yang mengikuti kasus ini dari dekat menilai kehadiran Ynja dan Ould Errachid memperkuat posisi Maroko dalam pembicaraan damai ini. Keduanya dinilai sebagai bukti bahwa Maroko selama ini memberikan perhatian yang begitu besar untuk membangun Sahara.
Selain keempat orang itu, anggota Dewan Kota Smara, Fatima Adli, juga tercatat dalam daftar delegasi Maroko.
Adli mewakili Smara dalam berbagai kegiatan nasional dan internasional. Ia juga merupakan bukti bahwa wanita Sahara memiliki peran yang tidak kecil dalam proses pembangunan.
Di bulan September 2011, Adli merupakan bagian dari delagasi Maroko yang dikirim untuk membela posisi Maroko dalam pembicaraan di Komisi Empat PBB di New York.
Sementara Ould Errachid yang juga merupakan wakil walikota Laayoune berasal dari suku Reguibat tribe yang menurut sensus yang diselenggarakan Spanyol di tahun 1974 merupakan salah satu suku besar di kawasan itu.
Adapun Ynja pernah bergabung dengan Polisario dan kembali ke pangkuan Maroko pada pertengahan 1990an. Sejak itu dia memiliki sikap yang tegas dalam membela Maroko di panggung internasional.
Delegasi Aljazair dipimpin Menteri Luar Negeri Abdelkader Messahel, dan delegasi Mauritania dipimpin Menteri Luar Negeri Ismail Ould Cheikh Ahmed.
Kelompok separatis Polisario dipimpin Ketua Parlemen negara boneka Republik Demokratik Arab Sahrawi Khatri Addouh, dan mantan panglima tentara M’Hammad Khaddad. [SMC]