PEMERINTAH Jepang memastikan sekali lagi bahwa negeri matahari itu tidak mengakui negara boneka Republik Demokratik Arab Sahwari yang didirikan Front Polisario.
Penegasan kembali itu disampaikan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono hari Senin lalu (24/12).
Komentar Taro Kono ini disampaikan sebagai penjelasan atas insiden yang terjadi dalam Tokyo International Conference of African Development (TICAD) VII 2019 di Yokohama, bulan Oktober lalu yang dihadiri delegasi Polisario.
Menurut Menlu Kono, kehadiran Polisario itu tidak berarti pemerintah Jepang mengakui secara implisit atau eksplisit eksistensi Polisario dan negara boneka yang mereka dirikan.
Kono menyampaikan rasa penyesalannya atas insiden itu dan kebingungan yang terjadi pada upacara pembukaan pembicaraan tingkat menteri di arena TICAD VII.
Kono baru-baru ini berkunjung ke Maroko, dan menyampaikan pandangannya mengenai hubungan baik kedua negara dalam jumpa pers bersama Menlu Maroko Nasser Bourita.
Dalam kesempatan itu, Menlu Bourita mengatakan, kedua negara setuju untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Dalam kesempatan terpisah, Jurubicara Kemlu Jepang, Mitsuko, memberikan penjelasan yang lebih detil mengenai salah satu poin dalam pertemuan.
Dia mengakui bahwa kehadiran kubu Polisario dalam kegiatan di Yokohama itu sebagai sebuah persoalan besar yang harus dihadapi Jepang untuk menghindarkan rasa malu.
Dia mengatakan, negaranya memiliki itikad baik untuk menyelesaikan masalah ini. Dia menambahkan, penting bagi Jepang dan Maroko untuk menyisihkan hal-hal yang bisa mengganggu hubungan baik kedua negara.
Dalam pertemuan tingkat menteri di arena TICAD VII, pihak Maroko menolak hadir sebagai bentuk protes. [SMC]