HARI ini adalah hari ke-18 gelombang demonstrasi rakyat Aljazair menolak keikutsertaan Abdelaziz Bouteflika dalam pemilihan presiden tahun ini. Bouteflika yang sudah sakit-sakitan berkuasa di Aljazair sejak 1999.
Setelah menjalani perawatan di jenewa, Swis, Bouteflika dikabarkan kembali ke Aljazair hari Minggu kemarin (10/3). Ia tiba di tengan gelombang ketidakpuasan rakyat pada pemerintahannya. Ini adalah demonstrasi terbesar di Aljazair sejak negara itu berdiri.
Rakyat yang tidak puas pada kualitas pemerintahan rezim militer meminta Bouteflika tidak mencalonkan diri untuk periode kelima.
Pemerintah merespon demonstrasi rakyat dengan tidak kalah keras. Sejumlah perguruan tinggi ditutup lebih awal.
Menteri Pendidikan Aljazair disebutkan mempercepat libur musim 10 hari lebih cepat dari jadwal.
Gelombang demonstasi terjadi pada 22 Februari lalu. Dan sejak itu semakin membesar.
Tidak hanya digelar di Aljazair. MoroocoWorldNews melaporkan, gelombang memprotes Bouteflika juga terjadi di sejumlah kota di Paris, Prancis, yang memiliki populasi warga keturunan Aljazair.
Rachid Nekkaz, seorang pengusaha ikut dalam demonstrasi menolak Bouteflika di Paris.
Hari Jumat pekan lalu (8/3), ia berusaha memeriksa langsung keadaan Bouteflika di RS Universitas Jenewa di Swis. Nekkaz pun ditangkap polisi.
Dalam wawancara dengan France 24 kemarin, Nekkaz mengatakan setiap warganegara memiliki hak untuk mengetahui kondisi kesehatan Bouteflika yang sebenarnya. Pemerintah, sambung dia, tidak boleh menyimpan hal itu sebagai rahasia.
Nekkaz juga mengatakan, ada 40 juta orang Aljazair yang ingin tahu dimana presiden saat ini. [SMC]