SMC. Guinea Ekuatorial pada Jumat (23/10) membuka sebuah konsulat jenderal di kota Dakhla, Maroko selatan, menjadikannya negara Afrika ketiga yang membuka misi diplomatik di provinsi selatan dalam satu hari.
Langkah diplomatik Guinea Ekuatorial juga mencerminkan peningkatan hubungan bilateral negara Afrika tengah dengan Maroko.
Kedua negara menghitung 40 tahun hubungan diplomatik. Meskipun beragam, poin terkuat kerjasama mereka saat ini tetap pada sektor pendidikan, terutama pendidikan perguruan tinggi dan pelatihan profesional.
Seperti banyak negara Afrika lainnya, Maroko telah memberikan peluang beasiswa kepada ratusan siswa 'Equatoguinean'.
Inisiatif ini adalah bagian dari apa yang oleh beberapa orang digambarkan sebagai dorongan Maroko untuk memperkuat diplomasi ilmiah dan budaya, dan ada juga pembicaraan tentang peningkatan perdagangan dan hubungan lain antara Malabo dan Rabat.
Sebelumnya, di hari yang sama, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita juga meresmikan pembukaan kantor konsulat jenderal untuk Burkina Faso dan Guinea Bissau.
Saat peresmian Bourita ditemani oleh mitranya dari Bissau-Guinea Suzi Carla Barbosa, Alpha Bary dan Someon Oyono Esono Angue.
Pembukaan ini kantor konsulat ini mengkonsolidasikan momentum pro-Maroko yang berkembang pada masalah Sahara Barat, serta menunjukkan ikatan sejarah yang mendalam serta hubungan yang sangat baik antara Kerajaan Maroko dan negara-negara Afrika.
Konsulat ini didirikan untuk memberikan layanan konsuler kepada warga negara, baik yang tinggal maupun yang singgah di negara-negara ini melalui wilayah Sahara Maroko.
Konsulat Jenderal memang dimaksudkan untuk melayani penguatan kerja sama sosial-ekonomi dan budaya antara Maroko dan negara-negara ini.
Dengan keragaman berbahasa Arab, Perancis, Inggris dan Portugis, Afrika mengirimkan pesan yang jelas kepada komunitas internasional bahwa melalui peresmian konsulat ini, Maroko Sahara tidak dapat diubah.
Merebaknya pandemi Covid-19 sempat menghentikan dinamika pembukaan Konsulat Jenderal di Provinsi Selatan.
Namun begitu, Maroko akan melanjutkan kebijakannya membuka Konsulat Jenderal ke negara-negara Afrika untuk menjadikan Sahara sebagai penghubung antara Maroko dan seluruh Afrika.
Pengakuan konkret dari Maroko di Sahara harus diperhitungkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa ketika menangani masalah ini.
Ini adalah perkembangan utama dan masa depan yang menggambarkan tidak adanya solusi lain untuk Masalah Sahara Maroko selain dalam kerangka kedaulatan Maroko dan integritas teritorial.