SMC. Tujuh wartawan Indonesia akan berkeliling ke sejumlah kota di Kerajaan Maroko dalam waktu dekat. Selain ibukota Rabat, kota bisnis dan keuangan Kasablanka, serta Fes, delegasi wartawan yang dipimpin Presiden Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Maroko (PPIM) Teguh Santosa itu juga akan mengunjungi kota wisata Marrakesh, Tangier di dekat Selat Gibraltar yang memisahkan daratan Afrika dan Eropa, serta Dakhla yang berada di Sahara Maroko.
Duta Besar Kerajaan Maroko untuk Indonesia, Ouadia Benabdellah, dalam jamuan makan malam di kediamannya di Jakarta Selatan, Kamis (4/7), yakin kunjungan ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kualitas hubungan kedua negara juga hubungan antara kedua bangsa.
“Kerajaan Maroko dan Indonesia memiliki sejarah hubungan diplomatik yang cukup panjang sejak 1960. Kedua negara saling menguatkan dan mendukung berbagai forum internasional. Kita semua berharap, kualitas hubungan ekonomi kedua negara juga bisa menjadi lebih signifikan,” ujarnya.
Dubes Benabdellah berterima kasih pada PPIM yang menginisiasi kegiatan ini.
“Kegiatan ini sudah lama direncanakan dan dipersiapkan. Alhamdulillah, pada akhirnya kita semua siap,” ujar Dubes Benabdellah lagi.
Adapun Teguh yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) mengatakan, dirinya memiliki harapan yang sama dengan Dubes Benabdellah.
Meningkatkan kualitas hubungan kedua negara di berbagai sektor, termasuk people to people contact, merupakan salah satu misi yang diemban PPIM sejak didirikan pada 2010.
"Maroko adalah hub yang menghubungkan benua Afrika dan Eropa juga kawasan Timur Tengah. Kita sama-sama menyaksikan peranannya di kawasan semakin kuat," ujar Teguh yang juga dosen hubungan luar negeri Universiyas Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Selain Teguh, delegasi wartawan Indonesia yang akan berkunjung ke Maroko terdiri dari Budiman Tanuredjo dari program "Satu Meja" KompasTV, Pemimpin Redaksi Jakarta Post Taufiq Rahman, Muhammad Rusmadi dari Rakyat Merdeka, Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat Eko Pamuji, Pemimpin Redaksi Kumparan Arifin Asydhad, dan Veeramalla Anjaiah dari Center for Southeast Asian Studies.
Di Kasablanka, delegasi akan mengunjungi Casablanca Finance City (CFC) yang memainkan peranan penting dalam upaya Maroko membangun perekonomian kawasan Afrika. Organisasi ini bekerja untuk mengubah citra Afrika, dari benua hitam dan derita menjadi benua harapan dan masa depan.
Delegasi wartawan Indonesia juga akan mengunjungi sejumlah lembaga pendidikan seperti University Mohammed VI Polytechnic (UM6P) di Benguerir yang dibangun untuk menghasilkan tenaga kerja handal berbasis potensi yang ada di Afrika. UM6P didirikan oleh perusahaan phosphat nasional Maroko, d'Office chérifien des phosphates atau OCP.
Di Tangier delegasi akan mengunjungi pelabuhan peti kemas raksasa Tangier Med yang menjadi tulang punggung konektivitas ekonomi Afrika dan Eropa.
Sementara dalam kunjungan ke Dakhla delegasi akan menyaksikan pembangunan kawasan Sahara yang begitu meyakinkan, sebagai bukti konkret dari tawaran otonomi khusus yang disampaikan dalam pembicaraan untuk mengakhiri sengketa di Sahara dengan kelompok pemberontak Polisario yang didukung Aljazair.
“Insya Allah, saya akan kembali ke Dakhla. Ini akan menjadi kunjungan kediua setelah kunjungan pertama di tahun 2010. Setelah 14 tahun, saya yakin pembangunan di Dakhla sangat mengesankan,” demikian Teguh yang juga merupakan salah seorang petitioner sengketa Sahara di Komisi 4 PBB di New York.